Skip to main content

Tambal Sulam Jalan Kenanga II Dinilai Tidak Memenuhi Unsur Agregat Kasar Dan Halus

Remon Ateri, MH.,
Remon Ateri, MH.,

Lubuklinggau - Menyikapi persoalan pemeliharaan tambal sulam di jalan Kenanga II Kelurahan Batu Urip sampai Kelurahan Taba Pingin, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Remon Ateri, MH., menilai dalam proses pengerjaan material yang di gunakan tidak memenuhi unsur agregat kasar dan halus untuk jenis jalan hotmix.

Dijelaskan, di dalam jenis jalan hotmix, untuk memenuhi sebuah agregat komponen material itu harus di panaskan di suhu yang tinggi tanpa ada pengecualian, apalagi masuk dalam rekon berarti itu rekontruksi ulang namanya.

"Bisa saja dia memakai aspal yang dingin namun harus di ingat yang namanya tambal sulam khususnya hotmix harus ada hamparan material untuk memenuhi Lapisan Paling Atas (LPA), jika tidak tentu kita meragukan kualitas dari kontruksi jalan tersebut", terang Remon, sapaan akrabnya saat di wawancarai ruangan kantornya, Rabu (10/7/2024)

Dikatakan, jadi dalam pemenuhan agregat ada dua satu kasar satu halus, agregat halus itu digunakan untuk menutup celah pori-pori struktur kontruksi tersebut, dan kami menduga pada tambal sulam jalan kenanga II ini itu tidak digunakan.

"Jadi, untuk kontruksi baik itu hotmix, lapen ataupun burda dia harus di siram pasir jagung (Urug) atau debu batu untuk menutupi pori-pori atau celah karena, yang namanya kontruksi jalan aspal ini dia sangat takut dengan yang namanya air, jadi dikhawatirkan kontruksi jalan tidak bertahan lama", katanya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Pers Indonesia (APPI), Lubuklinggau, Sumsel ini juga menjelaskan, dengan tercapainya agregat yang memenuhi standar maka akan tercapai pula mutu kualitas dan kuantitas pada kontruksi bangunan, mengingat dana yang di pakai ini adalah uang negara seharusnya kontruksi yang di bangun dapat bertahan lama.

Berdasarkan peraturan di jasa kontruksi baik perpres barang dan jasa disitu sudah jelas bahwasanya, bangunan pemerintah itu dia harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Mengenai soal bahan yang jelek ini sangat menggelitik dan lucu, yang namanya bangunan pemerintah sudah pasti ada konsultan perencanaan, memang mungkin perencanaan nya sudah merencanakan sesuai dengan standar dan spesifikasi sesuai aturan namun realisasi nya yang mungkin di luar dari aturan dan standarisasi yang ada.


"Saat pak Kabid BM menjelaskan terkadang kita mendapatkan bahan yang jelek, artinya tidak munutup kemungkinan ini bukan kali pertama, timbul pertanyaan apakah ada unsur kesengajaan atau seperti apa, ini yang menjadi pertanyaan besar kami", pungkasnya. (**)

Dibaca 19 kali

Facebook comments