Skip to main content

Stay At Home, Belajar Berada Di Alam Kubur Bersama Budi Handrianto

Dr.  Budi Handrianto
Dr. Budi Handrianto

Edukasi - Stay at home atau di rumah saja dalam masa PSBB ini bisa kita anggap sebagai latihan kecil menjalani kehidupan di alam kubur. Kita tidak keluar rumah, tidak kemana-mana. Pasti bosan dan jemu. Apalagi bagi yang sudah hampir dua bulan "lockdown". Semua aktivitas di rumah sudah dijalani dan saran-saran untuk menghilangkan kejemuan telah dilakukan. Alhamdulillah, kalau masih ada uang bisa keluar sebentar membeli bahan makanan. Sesekali lihat orang-orang di jalan. Bagi yang meeting atau kajian online juga bisa mengobati kerinduannya bertemu dengan teman-teman kantor atau komunitasnya.

Kita bisa bayangkan bagaimana saudara-saudara kita yang di rumah saja tapi tidak mampu beli pulsa. Bahan makanan habis tidak ada uang untuk membelinya karena ia seorang  buruh harian. Bantuan dari pemerintah atau para muhsinin belum sampai. Seperti apa kira-kira kondisi saudara kita yang demikian itu. Nah, kalau Allah belum mematikan seseorang, berarti rejeki masih ada. Maka, yakin saja, Allah pasti akan mengirimkan bantuannya entah lewat apa dan siapa.

Namun jika di alam kubur, di dalam tanah kita sendirian, tidak ada keluarga dan sanak famili. Kita tidak bisa kemana-mana dan tidak ada orang atau bantuan datang berkunjung. Tidak ada harapan orang yang lewat mampir, mengajak bicara dan memberikan bantuan apa-apa yang dibutuhkannya.

Saya pernah mendengar ceramah Ustadz Das'at Latif yang punya pengalaman unik. Suatu ketika beliau pergi ke kota Palopo memenuhi undangan ceramah dari Pak Walikota. Beliau dan supir yang menjemputnya berangkat malam hari dari Makasar hari pukul 11.00 karena perjalanan sekitar 8-10 jam. Kira-kira pukul satu malam, ustadz Das'at terbangun dari tidur dan heran mengapa mobil berhenti di tengah hutan. Rupanya supir sedang kencing dan keluar di sebrang jalan sebelah kanan. Ustadz pun kebelet kencing dan ikut keluar tapi dari pintu sebelah kiri. Belum selesai beliau kencing, mobil jalan. Supir sudah diteriaki tapi tidak mendengar.  Sang supir baru sadar ketika shalat subuh. Begitu sadar sang ustadz tidak terbawa ia balik lagi dan baru ketemu ustadz lagi di tempat itu pukul 06.15.

Selama menunggu di tengah hutan yang gelap gulita dan hujan gerimis tidak ada mobil yang lewat yang mau distop. Mungkin karena di tengah hutan belantara malam-malam orang takut. Di situlah ustadz Das'at merasakan begini kira-kira rasanya kalau di alam kubur. Gelap gulita dan tidak ada orang yang menjemputnya.

Di dunia, seterikat apapun kita dengan sesuatu, kita bisa pindah. Kita kerja tidak betah pada majikan yang kasar, kita bisa resign. PSBB atau lock down sekalipun, suatu ketika akan selesai dan kita bisa keluar rumah lagi. Tapi kalau sdh di alam kubur, bagaimana caranya keluar? Kalaupun keluar orang pun tak berani dekat dengan kita, karena dianggap mayat hidup.

Hanya saja kita diberikan kabar gembira oleh Nabi saw. Beliau saw bersabda, "Keadaan mayat di dalam kubur itu tidak ubahnya seperti orang yang tenggelam yang meminta pertolongan." Yang menolangnya adalah amal kebaikannya, yang menolongnya adalah doa anak, istri dan cucunya, yang menolongnya adalah bacaan al-Quran dan shalawat nabi ketika dia lantunkan ketika hidup, dsb.

Jika kita punya orang tua yang sudah meninggal, seperti ustadz dasat latif yang tertinggal sendirian di tengah hutan, mereka merindukan datangnya bantuan dari anak cucunya. Mari kita kirim bantuan kepadanya dengan mendoakannya dan beramal untuk mereka.

Dan kita yang masih hidup, perbanyaklah amal. Ingatlah kondisi alam kubur tempat kita semua manusia nanti pasti akan ke sana, di mana  "gladi kotornya" sedang kita jalani di masa PSBB ini. Abu Bakar as Shidiq berkata, "Barang siapa masuk kubur tanpa membawa bekal, seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa kapal."

Dan ingatlah pula kata Bang Opick, "Bila waktu telah memanggil teman sejati hanyalah amal..." (**)

Dibaca 87 kali

Facebook comments