Seluma - Meski Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tais, sudah beberapa kali berganti, ternyata belum bisa merubah buruknya sistem pelayanan di RSUD tersebut. Salah satu program andalan Bupati Seluma Erwin Octavian, SE yakni Seluma melayani tampaknya tidak akan pernah terwujud di RSUD kebanggaan masyarakat Kabupaten Seluma itu.
Ironisnya, selama ini informasi tentang penolakan yang terjadi di RSUD Tais hanya berdasarkan laporan dan pengaduan, akan tetapi hari ini Rabu (25/9/2024) pagi, Hendri Johan, owner media pensiljurnalis dan Wakil Ketua Organisasi Asosiasi Pengusaha Pers Indonesia (APPI) Kabupaten Seluma mengalami sendiri penolakan tersebut ketika hendak membawa istrinya berobat ke IGD RSUD Tais.
Lebih parahnya lagi, selain dialami langsung oleh fungsi kontrol sosial/Pilar keempat Demokrasi (Pers), penolakan pasien yang terjadi ini dihadapan sang Direktur RSUD Tais bernama Eva Debora yang baru tiba dari Apel bersama di Pasar Sembayat yang rutin dilaksanakan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Seluma setiap hari Rabu.
Diungkapkan orang yang akrab dengan sapaan Fardo itu, selaku kontrol sosial dirinya tidak minta perlakuan khusus, hanya saja menurutnya, jika dengan Insan Pers saja pihak RSUD Tais berlaku demikian, bagaimana dengan masyarakat biasa atau masyarakat awam.
“Ayolah jangan terlalu kaku, masa harus terbaring dan sakaratul maut dulu baru dilayani. Mereka (red, petugas dan petinggi RSUD Tais) ini kan orang-orang berpendidikan dan orang-orang yang mempunyai sumpah integritas terhadap kesehatan, kok orang mau berobat ditolak malah,” paparnya.
Dirinya juga berharap dengan Bupati Seluma atau siapapun itu, untuk melakukan pengawasan khusus terhadap RSUD Tais, dan jangan hanya menunggu laporan saja, karena persoalan di RSUD Tais itu bukan hanya banyak, tapi banyak sekali. Selain sering melakukan penolakan, di RSUD Tais juga banyak kekurangan lainnya diantaranya keluarga pasien yang berobat terpaksa harus membeli obat ke Apotek luar lantaran tidak ada stok atau ketersediaan obat.
Menurutnya (Red-Fardo), Permintaan tersebut bukan tanpa alasan, hal ini lantaran setiap kali pasca RSUD Tais disoroti dan viral, baik Bupati ataupun pihak yang lainnya langsung mengadakan Sidak, tapi sayangnya, efeknya hanya sementara, setelah itu kembali terulang kembali.
Ditegaskannya juga, salah satu Program yang diusung oleh Bupati Seluma adalah Seluma Melayani, jangan sampai hanya karena bobroknya Pelayan RSUD Tais, sehingga mencederai dan mencoreng Program Seluma Melayani serta menjadi cap Gagal untuk Program Melayani Melayani.
“Saya rasa tidak berlebihan kalau Pemda Seluma harus melakukan pengawasan melekat. Sebab RSUD Tais terlalu sering mencoreng dan mencederai Program Seluma Melayani. Jangan setelah Viral baru di Sidak, seharusnya Pemerintah harus optimal mengawasi dan memantau Unit tersebut, apalagi ini soal kesehatan manusia,” imbuhnya.
Ditambahkannya, petugas yang melakukan penolakan sempat melakukan pengejaran untuk meminta istrinya mendapatkan pelayanan pengobatan setelah diminta dan dimarah oleh Direktur RSUD Tais, lantaran mengetahui dan melihat owner media pensiljurnalis mengambil gambar. Namun lantaran sudah kecewa, Dirinya langsung pergi membawa istrinya yang sakit untuk berobat ketempat lain.
“Sebenarnya saya sudah menduga, akan ada penolakan, Karena yang datang dalam keadaan darurat saja ditolak oleh pihak RSUD Tais, apalagi ketika kami datang, istri saya dalam keadaan berdiri meski badannya lemas, Sudah otomatis pasti mereka tolak. Ini menjadi PR bagi instnsi atasan mereka yakni Dinas Kesehatan agar bisa berbenah diri memilih dan memilah SDM terkhusus didunia kesehatan,” tutupnya. (rls/M45)
Facebook comments