Bengkulu, - Ketua DPC Gerindra Kota Bengkulu Dedy Wahyudi, SE, MM menyatakan mundur sebagai ketua dan kader Partai Gerindra. Atas nama persahabatan, alasan Wakil Walikota Bengkulu ini mengundurkan diri.
“Ini pilihan tersulit dalam perjalanan hidup saya. Tapi saya harus memilih. Alasan persahabatanlah, saya harus mendukung saudaraku, H Helmi Hasan,” ujar Dedy Wahyudi dengan nada berat.
Lama menjadi sorotan publik Bengkulu, terkait posisi dan keputusan politik Dedy. Sebab, sebagai Ketua DPC Gerindra Kota, Dedy harus mendukung Agusrin-Imron.
Namun publik juga mengetahui Helmi dan Dedy adalah sahabat karib sejak kampus. Keduanya sangat kompak. Bahkan ada yang menjuluki pasangan Wali-Wawali terkompak se Indonesia.
“Betul. Kami bersahabat sudah puluhan tahun. Sejak 1997, saudaraku Helmi Hasan kuliah di FE Unib. Helmi Hasan sangat percaya kepada saya. Atas nama persahabatan pula pada periode kedua beliau meminta saya menjadi wakilnya,” kisah Dedy yang kandidat doktor ini.
Tapi bukankah dengan Agusrin juga dekat? “Betul. Beliau sudah seperti kakak saya sendiri. Banyak yang tahu itu. Bahkan sebelum pendaftaran ke KPU saya yang memfasilitasi pertemuan Pak Helmi dan Pak Agusrin. Tapi inilah politik dan perjalanan hidup,” katanya sembari menghela nafas.
Pada Pilgub 2010 lalu, Agusrin juga mengajak Dedy sebagai Cawagub. Saat itu, Dedy dan Junaidi Hamzah sudah melengkapi syarat-syarat. Kemudian akhirnya rekomendasi Demokrat jatuh pada Junaidi Hamzah.
Namun begitu, tidak membuat hubungan Dedy dan Agusrin menjadi renggang. Dedy yang saat itu sebagai Pimred RB tetap mensupport Agusrin. “Kita ini hanya menjalankan skenario Allah. Kita tidak tahu rahasia Allah,” tambahnya.
Sama halnya dengan Helmi. Hubungan Dedy dengan Agusrin pun sudah belasan tahun. Bahkan Dedy pun punya investasi terhadap keberhasilan karier politik Agusrin sejak Pilgub 2005 lalu.
Di tangan Dedy lah saat itu sebagai Pimred RB yang mengenalkan dan mempromosikan Agusrin. Masyarakat Bengkulu yang awalnya tidak kenal dengan Agusrin, melelaui goresan tangan Dedy hingga akhirnya Agusrin dikenal dan disukai. Sehingga menang secara fenomenal.
Media ini sempat mengkonfirmasi tentang kabar ini, namun Dedy enggan menjelaskan secara rinci. “Ah...itu cerita masa lalu. Saat itu, media mainstream sangat besar pengaruhnya. Biar jadi cerita manis saya dan Bang Agus saja,” elaknya.
Dalam politik, lanjut Dedy, tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Yang tadinya kawan, suatu ketika bisa menjadi lawan. Yang awalnya lawan, bisa saja menjadi kawan.
Agusrin-Imron pada Pilkada 2010 lalu adalah lawan seteru. Bahkan Agusrin memajukan istrinya, Diah Agusrin sebagai Cabup Bengkulu Utara demi mengalahkan Imron yang kedua kalinya. Namun kini, Agusrin-Imron berpasangan.
Pada Pilpres lalu, Prabowo-Jokowi saling serang dan kritik saat kampanye. Namun kini, Prabowo menjadi menteri Jokowi. “Begitulah politik,” timpal Dedy.
Soal kemundurannya di Gerindra, Dedy mengaku sudah menyampaikan secara lisan kepada Ketua DPD Gerindra Provinsi, Susi Marleni Bachsin. Beberapa saat rekomendasi Gerindra jatuh ke Agusrin.
“Bu Susi bisa mengerti dan memaklumi posisi saya yang sangat dilematis. Beliau guru politik saya. Bahkan beliau berpesan, kalau pun saya mundur hubungan silaturahim jangan putus,” ucap Dedy.
Dedy meyakini, Agusrin juga memahami posisi dirinya. Dedy bisa saja bertahan sebagai ketua DPC, namun tidak mau dituduh bermain dua kaki.
“Ada teman-teman di Gerindra menyarankan agar saya bermain cantik saja. Namun saya tidak bisa seperti itu. Ini soal pilihan. Saya menghormati keputusan partai. Sebaliknya, karena alasan persahabatan saya harus mundur dari partai,” pungkasnya. (**)
Facebook comments